Pesantren Luhur Al-Wasathiyah merupakan salah satu pesantren yang berlokasi di Kampung Gowok Kepuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Curug, Kota Serang, Banten. Terletak di antara dua perguruan tinggi di Banten, yaitu UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan Universitas Banten Jaya (UNBAJA), pesantren ini bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang tidak hanya mahir dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki nilai-nilai religius dan sikap yang moderat. Oleh karena itu, keberadaan pesantren menjadi sangat penting.
Berangkat dari permasalahan tersebut, pada bulan Sya'ban 1442 H, Dr. H. Aang Saeful Milah, M.A. memiliki niat untuk mendirikan sebuah pesantren khusus bagi mahasiswa. Beliau kemudian bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat setempat, antara lain H. Iin Mansur dan H. Syihab. Hasil dari pertemuan tersebut, mereka menyadari pentingnya pendidikan agama yang berkualitas bagi mahasiswa sebagai bagian integral dari pembentukan karakter dan kepribadian yang kuat. Selain berdiskusi dengan kedua tokoh masyarakat tersebut, Dr. Aang juga menyampaikan niat baik tersebut kepada Prof. Dr. Fauzul Iman, M.A. (Rektor UIN SMH Banten), dan Prof. Fauzul mendukung niat tersebut.
Pesantren yang akan direncanakan dibangun belum memiliki nama. Kemudian pada waktu dini hari, Dr. H. Aang Saeful Milah, M.A. menerima telepon dari Prof. Fauzul Iman dan memberikan nama "Pesantren Luhur Al-Wasathiyah" untuk pondok pesantren.
Setelah mendapat banyak dukungan dan dorongan dari para tokoh untuk pembangunan pesantren, bahkan nama pesantren sudah ada, maka Dr. H. Aang Saeful Milah, M.A. kemudian mencari lahan/tanah yang akan digunakan untuk pembangunan pesantren. Dan kemudian menemukan sebuah lahan seluas 250 meter persegi yang kosong, berlokasi dekat dengan rumahnya. Namun, beliau tidak memiliki dana untuk membeli tanah tersebut. Akhirnya, beliau membuat pengumuman wakaf, memberikan kesempatan kepada orang lain berwakaf untuk pembebasan tanah. Beberapa orang akhirnya berwakaf. Setelah beberapa bulan, tanah tersebut akhirnya dapat dimiliki dengan status wakaf untuk pendirian pesantren.
Setelah tanah untuk pembangunan pesantren sudah tersedia, maka tinggal membangun pesantrennya. Kemudian Dr. H. Aang Saeful Milah, M.A. didampingi oleh Ustadz Dicky Soni Saputra yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pesantren membuat pengumuman penerimaan infak untuk pembangunan pesantren pada tanggal 15 Dzulqaidah 1441 H. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesantren sebesar Rp. 600.000.000. setelah sebagian dana terkumpul, selanjutnya mulai pembangunan pondok pesantren pada tanggal 25 Rabiāul awal 1442 H. Dana yang digunakan dalam pembangunan pesantren berasal dari Infak para muhsinin.
Setelah pondok pesantren terbangun satu lantai, belum ada yayasan yang menjadi legalitas. Dr. H. Aang Saeful Milah, M.A. berkonsultasi dengan gurunya di Mesir, yaitu Syeikh Abdus Salam. Syeikh Abdus Salam memberikan nama "Sirojul Munir" melalui perantara Syeikh A'la Mustafa Na'imah. Namun, saat mengajukan ke badan hukum, nama "Sirojul Munir" sudah digunakan oleh salah satu pondok pesantren di Jawa. Akhirnya, ditambahkan "Al-Bantani" sehingga nama yayasan tersebut menjadi "Sirojul Munir Al-Bantani". Kemudian, disusunlah struktur yayasan yang terdiri dari Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M.A. sebagai pembina, H. Kusnadi, M.Si sebagai pengawas, Dr. Aang Saeful Milah, M.A sebagai ketua, Dr. Lalu Turjiman Ahmad, M.A sebagai sekretaris, dan Ustadz Dicky Soni Saputra sebagai bendahara. Proses pengajuan yayasan dibantu penuh oleh Dr. Sholahuddin AL-Ayubi, M.A., salah satu dosen UIN SMH Banten.
Setelah berdiri dan sudah layak untuk menerima santri, akhirnya pada tanggal 2 Dzulhijah sampai 3 muharam 1444 H. Pesantren Luhur Al-Wasathiyah membuka pendaftaran mahasantri dengan skema penerimaan mahasantri meliputi dua tahap. Tahap pertama adalah tes bahasa Arab, yang terdiri dari membaca, mendengar, dan menulis bahasa Arab. Tahap kedua adalah wawancara oleh Ustadz Dicky Soni Saputra. Karena bangunan yang terbatas, pesantren luhur al-Wasathiyah hanya mampu menampung 16 mahasantri. Sebanyak 22 orang dari berbagai wilayah mendaftar. Setelah tahap penerimaan selesai, 16 mahasantri terpilih memulai kegiatan pengajian pada tanggal 8 Shafar 1444 H.